executive summary by : kevin
ADa aspek sangat menarik dari gaya Agung Podomoro Group berbisnis. Pemain amat besar di panggung properti Indonesia ini terkesan enggan larut dalam tren berekspansi ke luar negeri. Ia lebih tertarik berkonsentrasi penih di DKI Jakarta dan sekitarnya, lalu bertarung untuk menjadi pemain terbaik.
Tidak heran kalau proyeknya muncul di lima wilayah DKI Jakarta, dan seluruhnya dalam skala amat besar. Ia misalnya memiliki Senayan City, Kalibati City, Podomoro City, Seasons City, Kuningan City, MOI di kelapa gading, Festival City di Bandung dn sebagainya.
Hal yang menimbulkan debar jantung adalah keberanian group usah ini membangun mal di dekat mal yang sudah sukses. Lihat misalnya ketika group yang disapa APG ini, membangun Senayan City di jantung Senayan. Publik properti terhenyak karena nyali APG sangat besar. Di seberangnya terdapat Plaza Senayan, Ratu Plaza dan Senayan Tc.
Plaza Senayan misalnya, menjadi plaza terbaik di Indonesia di zamannya. Lalu apa yang dikehendaki APG membangun mal di seberang sentra belanja yang sudah menjadi ikon Jakarta? Apakah APG cukup percaya diri mengambil pangsa pasar Plaza Senayan yang masif? atau apakah APG hendak membangun pasarnya sendiri?
Tatkala akhirnya Senayan City menjadi mal yang lebih luas dari Plaza Senayan, banyak kalangan meragukan nafasnya. Mal itu menjadi mal terluas di Jakarta, berkapasitas beberapa kali Plaza Semanggi. Apakah Senayan City mampu bertahan dalam rugi? Akan tetapi ternyata semua keraguan itu menguap karena dalam setahun pengunjung Senayan City sudah layaknya Mal laris. Pada jam-jam tertentu, area parkirnya terasa tak memadai. Padahal daya tampung Senayan City terluas kedua di Indonesia setal Central Park, yakni 6.000 kendaraan. Sebagian pengunjung Senayan City akhirnya parkir di areal lain. Inilah sensasi APG yang fenomenal.
Apa kiat Senayan City menyedot belasan ribu pengunjung setiap hari? Pemimpin APG Trihatma Haliman menyatakan, mereka mampu menciptakan pasar besar shingga pusat belanja itu benar-benar penuh pengunjung. Mereka membangun sejumlah apartemen dan perkantoran di sisi mal itu, lalu penghuni apartemen dan orang kantoran itu yang menjadi pembeli paling potensial. Banyaknya pengunjung, tutur Trihatma pekan lalu, karena mal itu menyediakan pelbagai usaha yang diminati masyarakat. Disediakan pula bank, arena bermain anak serta restauran yang disukai publik.
Aspek lainnya, tutur Trihatma. APG menyediakan fasilitas yang disukai pebisnis, menyediakan infrastruktur yang sangat memadai, suasana yang menyenangkan, pendingin udara yang memadai, dan memberi servis sangat tinggi kepada publik dan para penyewa mal. "Kebutuhan dan komplen mereka sangat diperhatikan."
Di sisi lain, nah in sangat penting, para eksekutif APG memiliki jaringan dan lobi amat kuat. Energi mereka untuk menghela pengisi gerai mal amat kuat shingga mal cepat penuh. Tak ayal mal itu mudah mendapat pasar yang luas. Praktis Senayan City menjadi salah satu mal dengan pengunjung amat banyak.
Berangkat dar sukses senayan city, APG membangun beberapa sentra belanja baru, misalnya di kelapa Gading, Pluit, Kalibata. Semua pusat belanja itu meraih sukses besar. Inilah yang membuat kepercayaan diri grup usaha ini makin besar.
"APG beruntung, eksekutif-eksekutif yang mengikuti saya masih muda-muda dan cemerlang. Mereka sangat memahami bahwa hanya dengan berkreasi menciptakan diferensiasi, mereka akan sukses. Mereka pun sadar bahwa berkarya, dan berinovasi akan memberi makna pada karir mereka," ujar Trihatma Haliman. Para eksekutif itu, tambahnya memahami bahwa kreativitas, inovasi, totalitas dalam berkarya harus diperkuat untuk memenangkan kompetisi bisnis yang demikian keras sekarang ini. Mereka mengerti bahwa suatu sentra hunian atau sentra belanja tidak sekedar dibangun. Tetapi jiwa mereka, yakni jiwa para eksekutif itu harus ada di situ.
Dari pemahaman itu, APG membangun Podomoro City. Sentra hunian, bisni dan belanja ini menempati areal 27 hektar, ada pun Central Park berdiri di areal 12 hektar. Menariknya, Central Park terletak di antara dua mal laris tersebut. Ini ternyata cukup memberi hasil optimal. Kini Central Park menjadi salah satu tujuan publik jakarta.
Kesan saya, hadirnya Senayan City dan Central Park memberi warna baru bagi pusat belanja di DKI Jakarta. Warga mempunyai lebih banyak pilihan aktratif.
Di luar aspek-aspek ini, mal di ibu kota layak dipercakapkan, karena memiliki fasilitas menarik. Kamar Kecil, sekadar menyebut contoh, sangat berkelas. Datanglah misalnya ke kamar kecil Central Park, Plaza Senayan, Mal Pondok Indah wah sangat bermutu. Sirkulasi udaranya bagus, wewangian yan dipakai cukup luks, air keran terjaga kebersihannya.
Mal di paris sekadar memberi perbandingan, waduh, untu pipis saja, antre panjang. Mal di Dusseldorf, Jerman bagus, tetapi dalam ukuran mini dan tidak dilengkapi fasilitas unggul seperti misalnya di Grand Indonesia. Mal di Washington DC juga apik, tetapi rasanya mal di Central Park dan Plaza Senayan lebih keren. Keunggulan kedua mal ini terutama pada lingkungan yang penuh pohon dan infrstrukturnya yang memadai.
ADa aspek sangat menarik dari gaya Agung Podomoro Group berbisnis. Pemain amat besar di panggung properti Indonesia ini terkesan enggan larut dalam tren berekspansi ke luar negeri. Ia lebih tertarik berkonsentrasi penih di DKI Jakarta dan sekitarnya, lalu bertarung untuk menjadi pemain terbaik.
Tidak heran kalau proyeknya muncul di lima wilayah DKI Jakarta, dan seluruhnya dalam skala amat besar. Ia misalnya memiliki Senayan City, Kalibati City, Podomoro City, Seasons City, Kuningan City, MOI di kelapa gading, Festival City di Bandung dn sebagainya.
Hal yang menimbulkan debar jantung adalah keberanian group usah ini membangun mal di dekat mal yang sudah sukses. Lihat misalnya ketika group yang disapa APG ini, membangun Senayan City di jantung Senayan. Publik properti terhenyak karena nyali APG sangat besar. Di seberangnya terdapat Plaza Senayan, Ratu Plaza dan Senayan Tc.
Plaza Senayan misalnya, menjadi plaza terbaik di Indonesia di zamannya. Lalu apa yang dikehendaki APG membangun mal di seberang sentra belanja yang sudah menjadi ikon Jakarta? Apakah APG cukup percaya diri mengambil pangsa pasar Plaza Senayan yang masif? atau apakah APG hendak membangun pasarnya sendiri?
Tatkala akhirnya Senayan City menjadi mal yang lebih luas dari Plaza Senayan, banyak kalangan meragukan nafasnya. Mal itu menjadi mal terluas di Jakarta, berkapasitas beberapa kali Plaza Semanggi. Apakah Senayan City mampu bertahan dalam rugi? Akan tetapi ternyata semua keraguan itu menguap karena dalam setahun pengunjung Senayan City sudah layaknya Mal laris. Pada jam-jam tertentu, area parkirnya terasa tak memadai. Padahal daya tampung Senayan City terluas kedua di Indonesia setal Central Park, yakni 6.000 kendaraan. Sebagian pengunjung Senayan City akhirnya parkir di areal lain. Inilah sensasi APG yang fenomenal.
Apa kiat Senayan City menyedot belasan ribu pengunjung setiap hari? Pemimpin APG Trihatma Haliman menyatakan, mereka mampu menciptakan pasar besar shingga pusat belanja itu benar-benar penuh pengunjung. Mereka membangun sejumlah apartemen dan perkantoran di sisi mal itu, lalu penghuni apartemen dan orang kantoran itu yang menjadi pembeli paling potensial. Banyaknya pengunjung, tutur Trihatma pekan lalu, karena mal itu menyediakan pelbagai usaha yang diminati masyarakat. Disediakan pula bank, arena bermain anak serta restauran yang disukai publik.
Aspek lainnya, tutur Trihatma. APG menyediakan fasilitas yang disukai pebisnis, menyediakan infrastruktur yang sangat memadai, suasana yang menyenangkan, pendingin udara yang memadai, dan memberi servis sangat tinggi kepada publik dan para penyewa mal. "Kebutuhan dan komplen mereka sangat diperhatikan."
Di sisi lain, nah in sangat penting, para eksekutif APG memiliki jaringan dan lobi amat kuat. Energi mereka untuk menghela pengisi gerai mal amat kuat shingga mal cepat penuh. Tak ayal mal itu mudah mendapat pasar yang luas. Praktis Senayan City menjadi salah satu mal dengan pengunjung amat banyak.
Berangkat dar sukses senayan city, APG membangun beberapa sentra belanja baru, misalnya di kelapa Gading, Pluit, Kalibata. Semua pusat belanja itu meraih sukses besar. Inilah yang membuat kepercayaan diri grup usaha ini makin besar.
"APG beruntung, eksekutif-eksekutif yang mengikuti saya masih muda-muda dan cemerlang. Mereka sangat memahami bahwa hanya dengan berkreasi menciptakan diferensiasi, mereka akan sukses. Mereka pun sadar bahwa berkarya, dan berinovasi akan memberi makna pada karir mereka," ujar Trihatma Haliman. Para eksekutif itu, tambahnya memahami bahwa kreativitas, inovasi, totalitas dalam berkarya harus diperkuat untuk memenangkan kompetisi bisnis yang demikian keras sekarang ini. Mereka mengerti bahwa suatu sentra hunian atau sentra belanja tidak sekedar dibangun. Tetapi jiwa mereka, yakni jiwa para eksekutif itu harus ada di situ.
Dari pemahaman itu, APG membangun Podomoro City. Sentra hunian, bisni dan belanja ini menempati areal 27 hektar, ada pun Central Park berdiri di areal 12 hektar. Menariknya, Central Park terletak di antara dua mal laris tersebut. Ini ternyata cukup memberi hasil optimal. Kini Central Park menjadi salah satu tujuan publik jakarta.
Kesan saya, hadirnya Senayan City dan Central Park memberi warna baru bagi pusat belanja di DKI Jakarta. Warga mempunyai lebih banyak pilihan aktratif.
Di luar aspek-aspek ini, mal di ibu kota layak dipercakapkan, karena memiliki fasilitas menarik. Kamar Kecil, sekadar menyebut contoh, sangat berkelas. Datanglah misalnya ke kamar kecil Central Park, Plaza Senayan, Mal Pondok Indah wah sangat bermutu. Sirkulasi udaranya bagus, wewangian yan dipakai cukup luks, air keran terjaga kebersihannya.
Mal di paris sekadar memberi perbandingan, waduh, untu pipis saja, antre panjang. Mal di Dusseldorf, Jerman bagus, tetapi dalam ukuran mini dan tidak dilengkapi fasilitas unggul seperti misalnya di Grand Indonesia. Mal di Washington DC juga apik, tetapi rasanya mal di Central Park dan Plaza Senayan lebih keren. Keunggulan kedua mal ini terutama pada lingkungan yang penuh pohon dan infrstrukturnya yang memadai.