WARNA-WARNI DINDING
dan KANOPI
By Kevin
Penggunaan energy di dalam bangunan tercatat sebagai salah
satu factor yang membuat laju pemanasan global semakin cepat. Menyadari hal
tersebut, Splitterwerk Architects dari Jerman menggagas bangunan yang bisa
menghasilkan energy dengan mandiri. Mereka memanfaatkan ganggang.
RUMAH, dengan
energy matahari dan angin barangkali sudah cukup marak. Namun, Splitterwerk
Architects mencoba menggunakan sumber energy terbarukan lain yang mungkin
nantinya menjadi amat potensial, ganggang, untuk menyuplai energy ke seluruh
bangunan. Bangunan yang terletak di Hamburg, Jermain, itu dinamai BIQ House.
Dinding BIQ House didesain
secara khusus sehingga ganggang hijau sebagai reactor biologis bisa bertumbuh
cepat di sana. Ganggang hijau mikro dibudidayakan di dinding rumah untuk
menghasilkan bahan bakar. Dinding rumah tersebut terdiri atas 129 segmen kaca
tempat menaruh ganggang, seperti akuarium. Untuk bisa tumbuh di dinding kaca
yagn kira-kira seukuran pintu tersebut, ganggang membutuhkan CO₂ yang
diperoleh dari gas buang dari sebuah pemanas gas yang berada di ruangan pusat
pengendalian energi.
Pembudidayaan ganggang ini sebenarnya tidak sederhana. Karena di
habitat asalnya alga hidup di kedalaman air tertentu, tumbuhan ini tidak tahan
paparan langsung sinar matahari. Oleh karena itu, dinding kaca harus terus
dipompa dan diaduk sehingga paparan sinar matahari hanya sebentar dan ganggang
tidak mati kepanasan.
Dinding kaca di sekeliling rumah bisa berfungsi sebagai modul
panel surya. Matahari memanaskan air di dalamnya. Instalasi penukar panas menarik energy dan menggunakannya untuk
memanaskan air di gedung. Air panas ini pun bisa digunakan untuk berbagai
kebutuhan. Kelak, sel surya tipis akan diintegrasikan ke dalam elemen dinding
kaca tersebut. Rumah ganggang pun nantinya tidak hanya memproduksi enerig
panas, tetapi juga listrik yang ramah lingkungan.
Selain energy, rumah ganggan menghasilkan material berharga,
minyak alga. Minyak alga ini menjadi
incaran perusahaan farmasi dan kosmetika. Haraga per kilonya bisa mencapai 60
euro. Hasil ekstraksi lainnya bisa digunakan sebagai suplemen makanan dan pakan
ternak. Sampahnya bisa diolah untuk biogas.
Meski merupakan akar terobosan di bidang energi dan properti,
konsep rumah alga belum sepenuhnya matang. Di BIQ house, peneliti akan lebih
lanjut mencari tahu berapa banyak produksi panas dan biomassa yang bisa
dihasilkan dari instalasi tersebut.