By Kevin
Bagi Raymond Prasetya (26), melihat
ragam desain yang menarik-kebanyakan justru yang simpel-ibarat memanen
inspirasi. Di dalam dapur kepalanya, ia akan mengolah inspirasi tersebut,
mereka-reka bentuk, dan melahirkan desainnya sendiri yang orisinal.
RAYMOND merupakan penggagas dan pemilik
Nagarey, toko online yang menjual furniture, perlengkapan sekaligus dekorasi rumah dan
pakaianbuatan tangan (handmade) berbahan natural. Display barang-barang yang
dijualnya dapat dilihat via situs www.nagarey.com.
Nagarey juga punya akun Instagram yang memperlihatkan bagaimana
produk-produknya, khususnya furniture dan dekorasi rumah,
diaplikasikan di dalam beragam ruangan. Menciptakan atmosfer hangat yang
membuat nyaman sekaligus menjadikan ruang
tampak bergaya.
Nama Nagarey
sendiri diadaptasi dari bahasa Jepang nagare yang artinya arus. “Kami ingin
membawa arus baru ke dalam desain interior rumah
yang ada di Indonesia. Kami mencoba memberikan barang berkualitas ekspor dengan
harga terjangkau,” ujar Raymond, Selasa (14/10).
Dalam
beberapa tahun terakhir, Nagarey bekerja bersama sejumlah desainer dan
pengusaha dari Skandinavia. Produk Skandinavia banyak menggunakan rotan, warna
yang natural, dan finishing yang terkesan rustic.
Gaya desain Nagarey pada akhirnay berciri rustic dengan tampilan natural.
Menurut
Raymond, potensi pasar terbesarnya adalah anak-anak muda. Kini, banyak generasi
yang peka desain. “Selama ini, saya juga baru menjual online, maka pasar anak
muda pas sekali. Banyak anak muda atau orang yang baru menikah dan akan mulai
mengisi rumahnya dengan perabotan. Inginnya, dengna budget terbatas, mereka
bisa punya rumah yang keren,” ujar Raymond.
Nagarey punya
komitment tinggi untuk menjaga kualitas produknya. Produk-produk yang
dihasilkan Nagarey selalu berbasis desain dengan memperhitungkan lima aspke
utama, yaitu fungsionalitas, estetika, ergonomis, ketahanan (durability) dan
memperlihatkan karakter masing-masing material.
Lokal dan
natural
Ada dua
kunci utama bahan yang digunakan Nagarey, berasal dari Indonesia dan alami.
Barang-barang yang diproduksinya selalu menampakkan terkstur asli material yang
digunakan, seperti kayu suar, ranting jati, rotna, daun pandan, enceng gondok,
pelepah pisang, bulu kambing, jute, atau kulit kerang. Asalnya pun dari beragam
daerah di Indonesia, misalnya rotan dari Sulawesi dan jute dari Jawa Timur.
Pengalamannya tinggal di Jepang justru memacu Raymond untuk bangga mengeksplorasi
potensi material lokal.
“Saya kuliah
di Jepang dan karena lama tinggal di Jepang, rasa estetika saya muncul sendiri.
Ada beragam tipografi desain yang saya suka. Namun, pada akhirnya, saya ingin
memanfaatkan apa yang Indonesia punya dan apa yang bisa kita lakukan dengan
itu. jadilah saya pada waktu itu memutuskan bergerak di bidang furniture dan
kerajinan tangan. Dari Jepang itu pula, saya bisa mengharga ibarang dengan
tekstur seasli mungkin dan warna yang natural,” ujar Raymond.
Kergaman
material di Indonesia sangat kaya. Sayangnya, kadang bahan tersebut dianggap
kurang bernilai. Padahal, jika diolah dengna baik, bahan tersebut akan
menghasilkan sesuatu yang indah dan bernilai tinggi. “Di banyak negara lain,
produk buatan tangan dengan material alami justru sangat dihargai,” tutur
Raymond. Dari Indonesia, produk-produk Nagarey pun bertemu dengan
peminat-peminatnya di beberapa negara Asia dan Eropa.
Nagarey akan
terus mengoptimalkan potensi material asli Indonesia untuk menjadi produk yang
berkelas. Apa rencana terdekatnya? “Saya ingin memiliki toko offline supaya
orang bisa melihat langsung produk Nagarey dan mendapatkan inspirasi bagaimana
memanfaatkannya di dalam ruangan,” pungkas Raymond. [NOV]