Matahari, Anugerah untuk Arsitektur Indonesia
By Kevin
Seorang arsitek dari negara empat musim terpukau melihat
kondisi alam Indonesia yang musimnya relatif stabil dan berlimpah sinar
matahari. Dengan ekstrem ia pun berujar, “You,
Indonesian people, don’t need any walls to build a house. You just need roof!”
Di negara empat musim, rumah diperlukan sebagai tempat
berlindung dari segala iklim dan cuaca. Pada musim panas, suhunya mungkin
bersahabat. Namun, pada musim dingin, salju akan turun dan suhu amat rendah.
Kondisi alam luar yang kontras ini membuat mereka harus membangun rumah yang
memungkinkan mereka memiliki kondisi yagn stabil di dalam ruangan.
Perbedaan sumber daya sinar matahari di negara tropis dan
negara empat musim ini menjadi salah satu bahasan dalam seminar tentang
penggunaan energy pada bangunan yang diadakan Atap Jakarta di Kemang, Jakarta
selatan Sabtu (24/8). Atap Jakarta adalah lembaga kerjasama Indonesia-Jepang
yang bertujuan mencari solusi arsitektural terutama untuk kehidupan urban.
Pernyataan bahwa rumah di Indonesia tidak butuh dinding bagi
sebagian orang memang terdengar berlebihan. Di Indonesia, meski kita bisa
berdamai dengan cuaca, ada factor pertimbangan lain dalam membangun rumah,
keamanan yang utama. Namun, pernyataan tersebut membuat kita menyadari satu
hal, kita bisa menghemat banyak energy pencahayaan yang bersumber dari listrik
dengan memanfaatkan sinar matahari.
Atap Jakarta mempresentasikan salah satu contoh rumah di
Jakarta yang sekitar 90 persen berupa ruang terbuka. Rumah ini sangat asri dan
memiliki jauh lebih sedikit sekat dinding dibandingkan dengan rumah pada
umumnya. Ruang yang tertutup hanyalah kamar mandi dan kamar tidur, yang
berbentuk seperti boks kecil berisi kasur. Bagi yang dapat mengatasi persoalan
keamanan dan mungkin juga nyamuk, desain rumah seperti ini dapat menjadi
alternative desain hunian baru yang segar.
Arsitek Hirokazu Suemitsu dari SUEP, konsultan arsitektur di
Jepang, juga bercerita tentang desain rumah yang dibuatnya di Jepang. “Cuaca di
Indonesia memiliki kesamaan dengan musim panas di Jepang, sinar matahari
sama-sama berlimpah. Desain yang tepat membuat kita bisa memanfaatkan hal
tersebut dengan baik,” ujarnya.
Dibandingkan dengan rumah di Indonesia, salah satu ciri
desain yang dibuat Hirokazu relatif menggunakan lebih banyak kaca agar sinar
matahari bisa leluasa masuk, termasuk pada bagian atap. Agar suhu di dalam
tidak panas, kunci setiap desainnya adalah perhitungan yang tepat tentang
sirkulasi udara.
Sinar matahari adalah anugerah dan potensi yang dapat kita
manfaatkan. Saatnya bereksplorasi agar desain rumah bisa disesuaikan dengan
iklim di daerah kita dan membawa keuntungan besar, efisiensi energy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar