Teks asli oleh Ren Katili (Kompas 6 Desember 2013),
disajikan kembali oleh Kevin
Pada awal era 2000-an, negara-negara industry yang tergabung
dalam UNFCCC menetapkan standar penurunan emisi karbon di masing-masing
industry. Hal ini dilakukan sebagai upaya “menebus-dosa” pada bumi termpat
berpijak untuk mencegah pemanasan global ari perubahan iklim
Tonggak sejarah “hijau”
dunia pun dimulai. Tidak saja pada bidang industry dan transportasi, bidang
pembangunan juga mulai berlomba menjadi elemen bumi yang memiliki dampak
negative paling sedikit, lebih ramah lingkungan, lebih rendah penggunaan
energy, dan lebih sedikit emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer.
Akan tetapi, siapa sangaka, satu decade sebelumnya, tepatnya
pada 1992, ketika standar hijau belum diterapkan dengan system sertifikasi,
Malaysia telah menciptakan gedung pencakar langit yang telah menerapkan
criteria hijau tersebut. Gedung tersebut adalah Bioclimatic Tower karya arsitek
Prof Dr Kenneth Yeang.
Bioclimatic Tower yang berada di subang Jaya, Malaysia ini
pada dasarnya adalah bangunan bertingkat tinggi yang menerapkan strategi design yang tepat
dengan merespon keadaan iklim setempat. Gedung ini juga mengoptimalkan efisiensi
energy untuk mencapai kualitas hidup dan kenyamanan para penggunanya.
Seperti juga Indonesia, Malaysia bernaung di daerah
khatulistiwa atau tropis
dengan iklim panas lembab. Lima elemen yang paling dominan dirasakan di daerah
dengan iklim seperti ini adalah tingginya radiasi matahari, suhu udara yang
cukup panas, udara yang sangat lembab, curah hujan yang tinggi, dan kecepatan
angin yang rendah. Karena karakteristik iklim yang tidak berbeda jauh itu,
strategi desain
pada Bioclimatic Tower ini jelas sangat mudah diadopsi pada gedung-gedung
bertingkat tinggi di Indonesia.
Reduksi Radiasi
Matahari
Meski berbentuk silinder, gedung yang berfungsi sebagai
kantor ini memiliki permukaan bangunan yang berbeda di setiap sisinya.
Orientasi bangunan, lapisan permukaan, hingga peletakan ruang di dalamnya didesain
dengan perhitungan yang matang berdasarkan pergerakan matahari sepanjang tahun
untuk meminimalkan panas yang terjadi dalam gedung.
Sisi utara dan selatan gedung memiliki selubung utama berupa
dinding kaca. Kedua sisi tersebut merupaka ndaerah yang paling minim
mendapatkan pancaran sinar matahari langsung. Oleh karena itu, penggunaan
selubung kaca ini sangat optimal untuk pencahayaan alami pada pagi hingga sore
hari.
Area core bangunan
ini merupakan servis area dan sirkulasi yang terdiri dari toilet, lift, dan
tangga. Mengingat tingkat okupansi yang rendah di area terebut, posisinya
sengaja diletakkan berada di sisi timur sebagai penahan panas yang muncul dar
iradiasi matahari pada pagi hingga siang hari. Selain itu, karena toilet merupakan
area basah yang biasanya lebih lembab, peletakkan di sisi timur ini dapat
membuatnya tetap kering dengan memanfaatkan jatuhnya sinar matahari di area
tersebut.
Sementara itu, di sisi barat gedung, panas matahari
direduksi dengan sengaja dibuat coakan
dan menambah teras serta shading di
depan kaca sebagai pelindung panas dari matahari siang hingga sore hari dengan
membayanginya. Untuk mereduksi panas matahari dari atap, ken Yeang meletakkan
kolam renang di lantai paling atas sehingga pancaran panas dapat dipantulkan
melalui permukaan air kolam.
Bagian dasa bangunan dibuat sebuah bidang miring dengan
taman buatan di atasnya sebagai pelindung dari sinar matahari pagi di area
lobi. Namun, pada jarak tertentu, beberapa lubang kaca dibuat untuk penerangan
pada siang hari agar menghindari penggunaan lampu.
Ventilasi Udara Alami
Core bangunan
sengaja dibuat terbuka, terutama pada area tangga darurat serta toilet dengan
mengandalkan pengudaraan alami. Bentuk dasar silinder in isendiri juga mampu
membuat udara lebih mudah bergerak di sepanjang permukaan gedung, ditambah lagi
dengan adanya teras serta coakan pada
permukaan bangunan.
Selain memberikan bayangan yang jatuh pada bangunan,
teras-teras yang terbentuk difungsikan sebagai area transisi untuk interaksi
ruang dalam dan ruang luar. Oleh karena itu, pertukaran udara segar dapat
dilakukan dengna membuka pintu-pintu geser yang berada di teras tersebut.
Struktur dan Material
Tipikal bangunan tinggi di daerah empat musim adalah letak
struktur yang berada tertutup di dalam selubung bangunan (kaca). Hal ini
sengaja dilakukan untuk menghindari rambatan suhu ekstrem yang sangat dingin di
bawah titik beku air masuk ke dalam gedung melalui kolam, balok, dan lantai.
Namun, hal tersebut berbeda dengan struktur gedung bioclimatic ini. Kolom dan balok sengaja
diletakkan terekspos di bagian eksterior.
Kolom baja sengaja dilapisi dengan bahan stainless
steel untuk memantulkan kembali cahaya matahari yang jatuh di permukaan
agar rambatan panas tidak masuk ke dalam bangunan.
Vegetasi
Tanaman adalah elemen penting dala marsitektur bioclimatic.
Oleh karena itu, sang arsitek merasa perlu meletakkan landscape tidak hanya
secara horizontal, tetapi juga vertical dengan memanfaatkan teras di sepanjang
sisi gedung sebagai penghasil oksigen dan mampu menurunkan suhu di sekitar
bangunan.
Dengan strategi desain tersebut, Bioclimatic Tower mampu
menerapkan efisiensi energy secara maksimal. Hal ini berdampak pada emisi
karbon yang rendah. Pada 1995, gedung ini menerima penghargaan Aga Khan Award
untuk bidang Arsitektur. Selain itu, beberapa studi terhadap pekrja gedung ini
membuktikan, dengan emmberikan ruang untuk para pekerja berinteraksi dengan
atmosfer luar, hal ini membantu mereka lebih segar dan produktif dalam bekerja.
Tidak hanya berdampak positif terhadap lingkungan, tetapi juga kesehatan
bangunannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar