Jumat, 11 November 2011

Inspirasi | Abunsanda

Sumber Daya Manusia, Konsep, Dan Nyali
Executive summary by Kevin

ADA hal yang amat menarik dikaji dari gaya kempeimpinan Trihatma Kusuma Haliman, pemimpin Grup Agung podomoro. Pria setengah baya yang selalu menggunakan pakaian sederhana ini dikenal sangat tegas dank eras. Namun, dibalik ketegasan sikap itu tersimpan totalitas dalam bekerja, nyali yang menggetarkan, kreativitas, serta kearifan yang mengagumkan.

Beberapa aspek tersebut memberi warna pada grup usaha yang ia pimpin. Ia, misalnya berani membangun Senayan City persis di seberang Plaza Senayan, keberanian ini mencengangkan karean plaza senayan ketika itu merupakan salah satu mal terbaik di Asia Tenggara. Tetapi, fakta kemudian yang berbicara, Senayan City kini sala hsatu mal paling disukai warga ibu kota dan warga dari kota lain.

Nyali Trihatma juga tampak ketika ia berani membangun Mall of Indonesia(MOI) di kelapa gading, padahal sudah terdapat beberap mal besar di sana. Tetapi, toh MOI sukses besar. Belakangan ia membangun Central Park yang terletak antara dua mal ramai, Mal Ciptura dan Mal Taman Anggrek. Banyak yang mengingatkan Trihatma agar berhitung lagi masuk ke panggung yang sangat sesak petarung hebat. Tetapi, ia berjalan terus. Dan, kenyataan yang menghebohkan muncul, Central Park laris manis, begitu pula perkantoran dan apartemennya. Kini tidak kurang dari 500 gedung tinggi ia bangun di wilayah jabodatebek.

Apa rahasia di balik kesuksesan ini? Trithatma tertawa ketika ditanyakan hal ini. Ia menyatakan, semua ilmu ekonomi menerangkan bagaimana berbisnis, bagaimana mengendalikan perusahaan, bagaimana mengani sumber daya manusia, bagaimana mengemas marketing. Anak-anak sekolah juga diajarkan teknik penjualan, lobi, pengembangan kreativitas dan sebagainya. Namun, bagaimana mempraktikannya di lapangan. Bagaimana menjadi saudagar dengan keahlian khusus, memang membutuhkan talenta, kreativitas, inovasi dan nyali besar.

Dalam percakapan rileks dengan Trihatma di ruang kerjanya yang resik, ia bertutur bahwa sebuah perusahaan pertama-tama harus mempunyai sumber daya manusia yang berkelas. Sebuah perusahaan property, juga perusahaan di bidang lain, harus mempunyai Sumber Daya Manusia prima. Dengan Sumber Daya Manusia yang  berkualitas, perusahaan ini mudah melakukan inovasi, terobosan, dan kreativit mengemas program. Dengan Sumber Daya Manusia yang bagus, pengembang mudah memilih lokasi yang strategis. Ini sebabnya mengapa Trihatma selalu menyatakan bukan lokasi yang menjadi factor nomor satu dalam perusahaan property, melainkan Sumber Daya Manusia.

“ Dengan Sumber Daya Manusia yang baik, lokasi terbaik akan mudah ditemukan. Deal mendapatkan lokasi juga bisa dilakukan oleh sumber Daya Manusia yang keren,” ujar Trihatma di Jakarta baru-baru ini. “Konsep brilian tentang sebuah proyek juga tergantung pula pada Sumber Daya Manusia. Itu sebabnya mengapa saya selalu saya sebutkan bahwa mendapatkan Sumber Daya Manusia yang baik itu amat beruntung. Wah hoki betul.”

Dalam konteks itu, Trihatma menyatakan sulit mendapatkan Sumber Daya Manusia yang baik, sebab dia bekerja untuk kita. Kini mencari seorang GM saja amat tidak mudah.

Lihatlah, mengapa Singapura maju? Karean Sumber Daya Manusia nya berkualitas. Soal Sumber Daya Manusia inilah yang sanat diperhatikan sejak Singapura berdiri, semua warga dididik dengan pendidikan yang baik.

Hal kedua, tutur Trihatma adalh konsep. Sebuah konsep selalu mesti baik benar, dan terbaik. Ini menentukan sukses tidaknya sebuah proyek. Tetapi, jangan pernah bermimpi menyontek konsep yan sukses. Sebab bisa jadi konsep A, misalnya, sangat brilian di London, tetapi belum tentu akan brilian juga di Jakarta. Untuk Agung Podomora, misalnya, di tempat ini boleh jadi sukses dengan konsep lingkungan, tetapi di tempat lain belum tentu sukses. Aspek demografi yang berbeda dan selera public mesti sangat diperhatikan.

Factor lain yang menarik adala hbagaimana mengemas sebuah proyek dengan totalitas kerja, dengan intuisi dan segenap kreativitas. Jangan pernah setengah-setengah dalam bekerja. Slain itu, segenap Sumber Daya Manusia, termasuk pemimpin perusahaan harus pandai menciptakan value dari sebuah proyek. Kalau proyek itu memiliki value atau sebutlah keunggulan komparatif yang menonjol disbanding proyek milik usahawan lain, proyek itu mudah direngkuh public.

Filosofi bisinis yang disukai Trihatma rupanya “sederhana”. Ia bersandar pada tiga C, yakni Cuan (untung), Cengli (fair), dan cincai (tidak sekadar mencari untung, tetpi juga bebelas, bersikap dermawan, atau bisa berbagi). Dengan filosofi ini, Trihatma menyatakan ia merasa ada keseimbangan dala mhidup berbisnis. Ia tidak hanya mengejar omzet dan laba, tetapi menjalankan bisnis dengan dengan etika tinggi, kerja dengan etos luar biasa serta tidak mengabaikan nilai-nilai humanisme, tidak melihat profit sebagai “segala-galanya”, ada nilai luhur dalam berbisnis yang harus diketahui pada pelaku usaha.

Hal ketiga adalah lokasi. Uang untuk menopang sebuah proyek boleh jadi amat besar, tetapi lokasi untuk berbisnis yang strategis dan memiliki nilai dominant juga penting.

Keempat adalah nyali. Seorang pebisnis mutlak mempunyai nyali. Dengan nyali, seorang pebisnis mampu mengambil prakarsa bisnis yang cemerlang. Lompatannya amat jauh dan mencengangkan.

Soal nyali ini sudah dibuktikan Trihatma dengan membangun Senayan City, Central Park, MOI, dan sejumlah proyek lain .semua mal ini dibangun “di lokasi sangat keras”, tetapi grup usaha ini mampu menunjukkan kualitasnya sehingga mampu meraih bintang.