Senin, 09 September 2019

INFO KLASIKA |EKSTERIOR

WARNA-WARNI DINDING dan KANOPI
By Kevin
Penggunaan energy di dalam bangunan tercatat sebagai salah satu factor yang membuat laju pemanasan global semakin cepat. Menyadari hal tersebut, Splitterwerk Architects dari Jerman menggagas bangunan yang bisa menghasilkan energy dengan mandiri. Mereka memanfaatkan ganggang.
RUMAH, dengan energy matahari dan angin barangkali sudah cukup marak. Namun, Splitterwerk Architects mencoba menggunakan sumber energy terbarukan lain yang mungkin nantinya menjadi amat potensial, ganggang, untuk menyuplai energy ke seluruh bangunan. Bangunan yang terletak di Hamburg, Jermain, itu dinamai BIQ House.
Dinding BIQ House didesain secara khusus sehingga ganggang hijau sebagai reactor biologis bisa bertumbuh cepat di sana. Ganggang hijau mikro dibudidayakan di dinding rumah untuk menghasilkan bahan bakar. Dinding rumah tersebut terdiri atas 129 segmen kaca tempat menaruh ganggang, seperti akuarium. Untuk bisa tumbuh di dinding kaca yagn kira-kira seukuran pintu tersebut, ganggang membutuhkan CO₂ yang diperoleh dari gas buang dari sebuah pemanas gas yang berada di ruangan pusat pengendalian energi.
Pembudidayaan ganggang ini sebenarnya tidak sederhana. Karena di habitat asalnya alga hidup di kedalaman air tertentu, tumbuhan ini tidak tahan paparan langsung sinar matahari. Oleh karena itu, dinding kaca harus terus dipompa dan diaduk sehingga paparan sinar matahari hanya sebentar dan ganggang tidak mati kepanasan.
Dinding kaca di sekeliling rumah bisa berfungsi sebagai modul panel surya. Matahari memanaskan air di dalamnya. Instalasi penukar panas  menarik energy dan menggunakannya untuk memanaskan air di gedung. Air panas ini pun bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan. Kelak, sel surya tipis akan diintegrasikan ke dalam elemen dinding kaca tersebut. Rumah ganggang pun nantinya tidak hanya memproduksi enerig panas, tetapi juga listrik yang ramah lingkungan.
Selain energy, rumah ganggan menghasilkan material berharga, minyak alga. Minyak  alga ini menjadi incaran perusahaan farmasi dan kosmetika. Haraga per kilonya bisa mencapai 60 euro. Hasil ekstraksi lainnya bisa digunakan sebagai suplemen makanan dan pakan ternak. Sampahnya bisa diolah untuk biogas.
Meski merupakan akar terobosan di bidang energi dan properti, konsep rumah alga belum sepenuhnya matang. Di BIQ house, peneliti akan lebih lanjut mencari tahu berapa banyak produksi panas dan biomassa yang bisa dihasilkan dari instalasi tersebut.