Minggu, 09 September 2018

PROPERTI| HUNIAN

Gerakan Merampingkan Rumah
By Kevin
Sementara orang-orang berupaya menabung dan memburu rumah yang besar demi prestise dan kenyamanan, sebagian lagi mulai bertanya, “Apakah benar kita membutuhkan ruang yang begitu luas untuk berhuni?” Dari pertanyaan ini, gerakan membuat rumah yang lebih kecil pun lahir.
GERAKAN rumah kecil atau tiny house movement adalah sebutan populer gerakan arsitektur sekaligus social untuk mendorong orang tinggal di rumah yag lebih kecil. Di AS, satu rumah memiliki luas rata-rat 165 meter persegi pada 1978 sampai 230 meter persegi pada 2007, meskipun jumlah orang tinggal di dalamnya semakin menyusut. Gerakan rumah kecil ingin mengembalikan rumah kebentuknya yang lebih sederhana, secukupnya saja, dengna luas kira-kira 70 meter persegi.
Orang-orang bergabung dalam gerakan ini dengan banyak alasan, tetapi yang paling sering disebut adalah perkara financial, lingkungan, dan social. Orang Amerika mendedikasikan sekitar sepertiga atau setengah pendapatan mereka untuk membangun rumah. Jika dikalkulasi, ini setara dengan gaji 15 tahun bekerja. Alternative mengatasi persoalan ini, tinggal di dalam rumah yang lebih kecil.
Menggunakan lebih sedikit lahan untuk mendirikan rumah juga lebih ramah lingkungan. Material yang anda pakai lebih sedikit dan tanah yang lain bisa dimanfaatkan semisal untuk daerah hijau atau resepan. Dari sisi social, memiliki rumah lebih kecil berarti juga menyediakan ruang untuk hunian bagi orang lain. Ktia tahu bahwa jumlah manusia bertambah banyak sementara lahan di bumi terus menyusut. Lahan yang semakin sesak harus bisa pula menyediakan ruang untuk beberapa generasi sampai berates tahun ke depan.
AS hanyalah contoh kecil dari gambaran yang lebih besar. Hampir di belahan dunia mana pun, orang-orang masih menyimpan mimpi untuk memiliki rumah yang lebih besar. Begitu pula di perkotaan yang pada seperti Jakarta. Geraka nuntuk membangun rumah lebih kompak pun muncul meskipun gaungnya tak sebesar yang ada di AS.
Dalam salah satu seminarnya, Atap Jakarta, organisasi hasil kerja sama Indonesia-Jepang yang emncari solusi hunian masa depan di perkotaan, membahas rumah kompak. Ahmad Djuhara, salah satu arsitek penggagas Atap Jakarta, mengatakan, masyarakat kita masih terobsesi pada rumah yang besar. Banyak ruangan dibuat dengan tujuan yang berbeda-beda alih-alih menjadikannya multifungsi. Akibatnya, bangunan tidak efisien dan kota makin padat.
Membangun rumah sesuai kebutuhan merupakan bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan dan social. Kita pun bisa menghemat pengeluaran dan mengalihkannya untuk memenuhi kebutuhan yang lain.

Rabu, 08 Agustus 2018

INFO KLASIKA| GORDEN

Memilih Penutup Jendela yang Tepat
By Kevin
Ada banyak cara membaut suasana di rumah makin sejuk dan menenangkan. Menghadirkan suara gemericik dan air mengalir di dalam rumah salah satunya. Ya, kita bisa merancang taman air kecil saja untuk membuat perbedaan besar.
SELAIN sebagai penutup jendela, gorden memiliki fungsi estetis untuk memperindah rumah. Oleh karena itu, sebaiknya pilihlah gorden yang dapat berfungsi sebagai keduanya agar rumah tampak enak dipandang mata dan menghadirkan kenyamanan.
Dilihat dari bahan pembuatnya, gorden dibagi dalam dua jenis yaitu curtain dan blind. Curtain adalah gorden yang dibuat dari bahan  kain (pabrik), sedangkan blind adalah tirai (penutup jendela) yang dibuat dari bahan-bahan aluminium, PVC, bamboo, kayu solid, atau fiber dan sejenisnya. Baik curtain maupun blind memiliki jenis yang beraneka ragam. Penamaan setiap jenis biasanya berdasarkan pada model dan cara mengoperasikannya.
Dalam curtain, misalnya, ada dikenal dengan gorden klasik dan gaya modern. Yang termasuk ke dalam jenis curtain adalah kain gorden tipis atau transparan yang disebut vintrage atau vitrace. Jenis gorden ini biasanya digunakan sebagai pelapis gorden penutup jendela, fungsinya menghalangi pemandangan dari luar ketika gorden dibuka. Seperti halnya curtain, blind juga memiliki jenis atau nama yang berbeda-beda, ada horizontal blind, roman blind, atau roman shade, dan roll blind.
Horizontal blind adalah tirai atau penutup jendela yang berfungsi sebagai pengatur cahaya secara horizontal, modern, praktis, dan anggun.  Terbuat dari slat aluminium atau bahan yang ringan dan antikarat dengan berbagai macam warna. Terdapat tiga jenis horizontal blind, yakni standar dengan macam warna, perforated (berpori), dan motif kayu. Minimal ukuran lebar dan tinggi dihitung 1 meter.
Roman shades adalah salah satu fashion blinds yang simpel, tampak terkesan mewah, dan praktis. Yang dirancang khusus dari bahan kain dengna variasi renda dan motif-motif yang cocok untuk jendela ruangan modern dan minimalis. Blinds jenis ini dioperasikan dengan cara menariknya ke atas dan memberikan efek gorden yang terlihat seperti lipatan-lipatan.
Sementara itu, roller blinds memberi kesan sederhana, praktis dan mudah digunakan dan tentunya tetap berfungsi sebagai tirai yang menjaga privasi dan kenyamanan anda ketika berada di dalam rumah maupun di kantor. Roller blinds dioperasikan dengan sistem kain gulung naik dan turun.
Selain itu, yang terpenting ketika akan membeli gorden adalah sesuaikan dengan ukuran jendela ruangan anda. Tak hanya itu, diperlukan juga mengukur panjang dan lebar dinding tempat jendela itu berada. Hal ini untuk memastikan apakah anda menginginkan model gorden yang tinggi menjuntai ke bawah hingga menyentuh lantai atau gorden keicl yang memiliki ukuran tanggung. Selain besarnya jendela maupun dinding, ukuran gorden itu tentu disesuaikan dengan fungsi ruangan gorden itu akan ditempatkan.

Sabtu, 07 Juli 2018

PROPERTI| HUNIAN

Gerakan Merampingkan Rumah
By Kevin
Sementara orang-orang berupaya menabung dan memburu rumah yang besar demi prestise dan kenyamanan, sebagian lagi mulai bertanya, “Apakah benar kita membutuhkan ruang yang begitu luas untuk berhuni?” Dari pertanyaan ini, gerakan membuat rumah yang lebih kecil pun lahir.
GERAKAN rumah kecil atau tiny house movement adalah sebutan populer gerakan arsitektur sekaligus social untuk mendorong orang tinggal di rumah yag lebih kecil. Di AS, satu rumah memiliki luas rata-rat 165 meter persegi pada 1978 sampai 230 meter persegi pada 2007, meskipun jumlah orang tinggal di dalamnya semakin menyusut. Gerakan rumah kecil ingin mengembalikan rumah kebentuknya yang lebih sederhana, secukupnya saja, dengna luas kira-kira 70 meter persegi.
Orang-orang bergabung dalam gerakan ini dengan banyak alasan, tetapi yang paling sering disebut adalah perkara financial, lingkungan, dan social. Orang Amerika mendedikasikan sekitar sepertiga atau setengah pendapatan mereka untuk membangun rumah. Jika dikalkulasi, ini setara dengan gaji 15 tahun bekerja. Alternative mengatasi persoalan ini, tinggal di dalam rumah yang lebih kecil.
Menggunakan lebih sedikit lahan untuk mendirikan rumah juga lebih ramah lingkungan. Material yang anda pakai lebih sedikit dan tanah yang lain bisa dimanfaatkan semisal untuk daerah hijau atau resepan. Dari sisi social, memiliki rumah lebih kecil berarti juga menyediakan ruang untuk hunian bagi orang lain. Ktia tahu bahwa jumlah manusia bertambah banyak sementara lahan di bumi terus menyusut. Lahan yang semakin sesak harus bisa pula menyediakan ruang untuk beberapa generasi sampai berates tahun ke depan.
AS hanyalah contoh kecil dari gambaran yang lebih besar. Hampir di belahan dunia mana pun, orang-orang masih menyimpan mimpi untuk memiliki rumah yang lebih besar. Begitu pula di perkotaan yang pada seperti Jakarta. Geraka nuntuk membangun rumah lebih kompak pun muncul meskipun gaungnya tak sebesar yang ada di AS.
Dalam salah satu seminarnya, Atap Jakarta, organisasi hasil kerja sama Indonesia-Jepang yang emncari solusi hunian masa depan di perkotaan, membahas rumah kompak. Ahmad Djuhara, salah satu arsitek penggagas Atap Jakarta, mengatakan, masyarakat kita masih terobsesi pada rumah yang besar. Banyak ruangan dibuat dengan tujuan yang berbeda-beda alih-alih menjadikannya multifungsi. Akibatnya, bangunan tidak efisien dan kota makin padat.
Membangun rumah sesuai kebutuhan merupakan bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan dan social. Kita pun bisa menghemat pengeluaran dan mengalihkannya untuk memenuhi kebutuhan yang lain.

Rabu, 06 Juni 2018

Aliya Boutique Homestay & Kitchen



By Kevin
ALIYA is a unique and beautiful property, nestled in the heart of a traditional Balinese village, minutes from the bustling dining and shopping centre of Seminyak. We have built an intimate, friendly boutique resort, consisting of eight individual teak cottages, in harmony with its surroundings and in tune with the island’s spiritual rhythms of village life.

Entering Aliya, guests are welcomed into a cosy village within a village. Surrounded by Frangipani trees and a diverse range of tropical foliage, our guests can relax in their private cottage or in our traditional Indonesian “Bale” with friends, family or with a book. To cool off, step into the adjoining plunge pool and enjoy a long, cold drink served by one of our friendly butlers. This area can be transformed into a relaxed evening reception area or sun-splashed lunch spot for family and friends.

We live and work in this community, and together with our friends and neighbours, can promise our guests an enriching, relaxing and authentic Balinese holiday experience.


If you are planning a Bali wedding, an extended family get-together or a party weekend with friends why not book the entire property? In fact, given the intimate and cosy ambience, we think it makes perfect sense!
reservations@aliyabali.com
T +62 361 473 3886

Sabtu, 05 Mei 2018

PROPERTI |Green Living

Menghijaukan Atap Rumah

By Kevin

ATAP  merupakan bagian terbesar dari bangunan yang menerima panas matahari. Atap inilah yagn akan meneruskan panasnya ke dalam ruangan di dalam rumah. Tidak hanya itu, atap-atap yang menyimpan panas matahari ini akan menaikkan suhu lingkungan.

Di kota-kota besar, kondisi ini ditambah dengan gas buangan kendaraan serta panas yang dihasilkan alat pengondisi udara (AC), sehingga tercipta sebuah pulau panas, yang memiliki suhu lebih tinggi dari area sekitarnya.

Oleh karena itu, menghijaukan atap akan membawa dampak cukup banyak bagi penurunan suhu lingkungan. Yang disebut menghijaukan bukan semata-mata membuat atap berwarna hijau, entah dengan mengecat ataupun mengganti warna gentengnya. Menghijaukan atap berarti membuat atap menjadi media bagi tumbuhnya tanaman atau sering disebut dengan taman atap.

Berikut ini beberapa hal yang harus diketahui mengenai atap hijau.

. Tanaman yang ditanam di atas atap akan menyerap panas matahari yang diterima, tetapi tidak akan diteruskan ke dalam ruangan. Panas itu justru akan digunakan oleh tanaman untuk berfotosintesis dan bertumbuh kembang. Dengan begitu, suhu di lingkungan sekitar akan menurun dengan adanya taman atap ini.

. Akar tanaman akan menyerap sebagian air hujan yang jatuh kea tap. Jika tidak ada tanaman, air hujan dari atap akan langsung jatuh ke jalan. Jika drainase tidak baik, air hujan yang berlimpah ini akan membaut genangan yagn mengganggu jalan.

. Tanaman bahkan pepohonan yang ada di atap menyediakan hunian bagi serangga. Burung-burung pun akan berdatangan memangsa serangga, sehingga tercipta sebuah ekosistem kecil pada atap. Ini akan membantu kelangsungan ekosistem lingkungan dalam skala yang lebih micro.

. Bentuk taman atap sangat beragam, mulai dari hamparan rumput, sampai pada tanaman sayur. Apa pun bentuknya, atap hijau in iharus memiliki konstruksi yang kuat, karena harus menampung media tanam yang cukup berat serta bobot tanamannya sendiri. Konsultasikan ini kepada kontraktor atau arsitek landscape rumah anda.

Informasi lebih lanjut mengenai artikel green living ini, silakan mengakses : www.Ornamenlandscape.Blogspot.com atau ke e.mail : kevingodjali@gmail.com