Senin, 12 Desember 2011

Membangun Hunian Tanpa Menebang Pohon

Oleh Kevin

Pada suatu kesempatan di Surabaya, Menteri Perumahan Rakyat memaparkan sebuah pengalaman. Berbicara rileks tanpa teks, ia bercerita tentang kekagumannya saat suatu hari berkunjung ke Makassar. Suharso terkesan pada sebuah kompleks rumah sederhana sehat (RSH) yang sangat hijau.

Meski sedernahan, kompleks RSH itu sangat hijau dan amat bersih. Penghuninya menanam berbagai tanaman  bunga yang penuh warna. Selain itu, mereka merawat jalan dan rumah dengan apik. Tata lingkungan dikelola secara bergotong royong. Suharso mengaku senang melihat RSH itu dan berharap semua pengmbang menjalankan misi hijau secara ihlas.

Ia mengatakan, Indonesia harus serius menangapi masalah pemansan global. “Kota-kota mesti membangun secara vertikal untuk menghemat lahan. Penggunaan ruang terbuka hijau (RTH) dihindari dan penggundulan hutan dihentikan sama sekali,” ujarnya.

Pembangunan hunian vertikal itu juga terjadi secara masif di jakarta. Apartemen-apartemen terus bermunculan, nyaris semuanya menggusung keunggulan tentang lingkungan yang hijau.

Ada pengembang yang mencoba menanam pohon sebanyak mungkin di lahannya yang masih kerontan. Ada pula pengembang yang telah lebih dahulu mendapat lahan hijau yang “sudah jadi” an tinggal menyesuaikan bentuk propertinya sambil merapikan pepohonan yang sudah berumur tua.

Dalam sustainable development, konsep green mencakup arti yang luas. Sebuah pengembangan dapat disebut “green” karena memiliki lahan hijau yang dirimbuni aneka pepohonan. Selain itu, desain bangunan yagn ramah lingkungan atau tersedianya infrastruktur yang meminimalisasi penggunaan kendaraan bermotor, misalnya, juga layak mendapat predikat “green”.

Salah satu pengembangan yang mengusung kosep green sebut saja apartemen Woodlandpark Residence. Apartemen ini terdiri dari 4 menara strata title dan 1 menara apartemen servis yang dikelola Swissbel Hotel.

“Kami ingin mengungkapkan konsep itu (green) dengan suasana hutan yang hijau dan segar,” kata KU Daniland Group yang saat ini tengah mengembangkan apartemen Woodlandpark Residence di kalibata, Jakarta Selatan, kamis (13/10/2011).

Di atas lahan seluas 3,1ha yagn akan dikembangkan oleh Daniland Group, telah tumbuh belasan pohon berusia ratusan tahun, seperti trembesi, beringin, dan pohon langka kedoya. Pohon-pohon itu, tak akan ada yang ditebang. Lahan yang diperuntukan untuk bangunan hanya sekiatar 20%, sisanya untuk RTH.
“Sayang kalau pohon-pohon ini ditebang, butuh ratusan tahun untuk tumbuh sebesar ini. Itulah sebabnya kami ingin menghadirkan suasana hutan yang rindang dan sejuk,” lanjut KU.

Konsep hijau itu kemudian dipadukan dengnadesain lingkungan madani. Menutur KU, dalam ranah properti, lingkungan madani dapat diartikan dengan terbangunnya civil society.



Kata madani sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun, tak banyak orang yang benar-benar mengusahakan infrastrukturnya. Semisal, membiarkan lingkungan tempat tinggal kotor dan kumuh, atau di kota besar tak ada ruang untuk berkumpul dan bersosialisasi.

‘Oleh karena itu, kami membuat Sky Living Room, ini menjadi sarana untuk berkumpul bersama bagi penghuni, ada di lantai enam dan sepuluh. Bentuknya seperti hall dan di sana ada fasilitas untuk berkumpul agar semua penghuni bisa saling menyapa dan mengembangkan toleransi,’ terang KU.