Selasa, 18 Februari 2014

Arsitektur

Matahari, Anugerah untuk Arsitektur Indonesia

By Kevin

Seorang arsitek dari negara empat musim terpukau melihat kondisi alam Indonesia yang musimnya relatif stabil dan berlimpah sinar matahari. Dengan ekstrem ia pun berujar, “You, Indonesian people, don’t need any walls to build a house. You just need roof!

Di negara empat musim, rumah diperlukan sebagai tempat berlindung dari segala iklim dan cuaca. Pada musim panas, suhunya mungkin bersahabat. Namun, pada musim dingin, salju akan turun dan suhu amat rendah. Kondisi alam luar yang kontras ini membuat mereka harus membangun rumah yang memungkinkan mereka memiliki kondisi yagn stabil di dalam ruangan.

Perbedaan sumber daya sinar matahari di negara tropis dan negara empat musim ini menjadi salah satu bahasan dalam seminar tentang penggunaan energy pada bangunan yang diadakan Atap Jakarta di Kemang, Jakarta selatan Sabtu (24/8). Atap Jakarta adalah lembaga kerjasama Indonesia-Jepang yang bertujuan mencari solusi arsitektural terutama untuk kehidupan urban.

Pernyataan bahwa rumah di Indonesia tidak butuh dinding bagi sebagian orang memang terdengar berlebihan. Di Indonesia, meski kita bisa berdamai dengan cuaca, ada factor pertimbangan lain dalam membangun rumah, keamanan yang utama. Namun, pernyataan tersebut membuat kita menyadari satu hal, kita bisa menghemat banyak energy pencahayaan yang bersumber dari listrik dengan memanfaatkan sinar matahari.

Atap Jakarta mempresentasikan salah satu contoh rumah di Jakarta yang sekitar 90 persen berupa ruang terbuka. Rumah ini sangat asri dan memiliki jauh lebih sedikit sekat dinding dibandingkan dengan rumah pada umumnya. Ruang yang tertutup hanyalah kamar mandi dan kamar tidur, yang berbentuk seperti boks kecil berisi kasur. Bagi yang dapat mengatasi persoalan keamanan dan mungkin juga nyamuk, desain rumah seperti ini dapat menjadi alternative desain hunian baru yang segar.

Arsitek Hirokazu Suemitsu dari SUEP, konsultan arsitektur di Jepang, juga bercerita tentang desain rumah yang dibuatnya di Jepang. “Cuaca di Indonesia memiliki kesamaan dengan musim panas di Jepang, sinar matahari sama-sama berlimpah. Desain yang tepat membuat kita bisa memanfaatkan hal tersebut dengan baik,” ujarnya.

Dibandingkan dengan rumah di Indonesia, salah satu ciri desain yang dibuat Hirokazu relatif menggunakan lebih banyak kaca agar sinar matahari bisa leluasa masuk, termasuk pada bagian atap. Agar suhu di dalam tidak panas, kunci setiap desainnya adalah perhitungan yang tepat tentang sirkulasi udara.

Sinar matahari adalah anugerah dan potensi yang dapat kita manfaatkan. Saatnya bereksplorasi agar desain rumah bisa disesuaikan dengan iklim di daerah kita dan membawa keuntungan besar, efisiensi energy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar