Senin, 04 April 2016

TEROPONG | WISATA ALAM

Meniti Hutan Cemara Alishan
“Kabut dingin merendah, perlahan datang menyapa, semak-semak tanah basah/
Langkah kaki seiring pandangan hijau terhampar di tepi hutan cemara…”
Lirik tembang lawasn milik Katon Bagaskara ini serasa pas dilantunkan saat kaki mulai menginjak kawasan Alishan National Scenic Area di Chiayai, Taiwan, Awal Desember lalu, suhu udara sejuk, sekitar 13 derajat celsius. Jalan kaki menyusuri jalan di bawah kerimbunan hutan cemara dan pinus pun tak terasa melelahkan.
Pohon Tiga Generasi merupakan salah satu pemandangan menarik di Alishan National Recreation Area, Chiayi, Taiwan.
[sumber : KOMPAS, RABU, 16 DESEMBER 2015| Oleh : FRANSISCA ROMANA NINIK]ALISHAN atau Gunung Ali terdiri atas deretan pegunungan dengan ketinggian hingga 2.500 meter di atas permukaan laut dengan luas total 415 kilometer persegi. Kawasan ini merupakan resor yang terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan. Alishan National Scenic Area Visitor Center mencatat sekitar 3 juta wisatawan mengunjungi Alishan setiap tahun. Mereka menikmati kesejukan dan ketenangan hutan, matahari terbit atau terbenam, lautan awan, serta pemandangan indah lainnya.
Begitu cantiknya alam Alishan sampai-sampai dia digambarkan melalui lagu rakyat yang populer berjudul ”Alishan de gu niang” atau ”Gadis Alishan”. Dalam perjalanan menuju lokasi, Jeffrey, pemandu kami, menyanyikan dua bait lagunya. ”Gunung tinggi yang hijau, air sungai yang biru. Gadis Gunung Ali secantik air, pemuda Gunung Ali sekuat gunung,” ujarnya.
Setelah sekitar dua jam menempuh jalan berkelok-kelok dan terus menanjak dari kota Chiayi, sampailah kami di Stasiun Forest Railway Alishan. Dari stasiun, turis bisa naik kereta yang beroperasi di jalur yang dibangun sejak zaman penjajahan Jepang tahun 1940-an. Kami beruntung bisa naik kereta yang seluruhnya terbuat dari kayu pinus yang hanya dioperasikan setiap Rabu tersebut.
Dengan ongkos 50 dollar Taiwan (sekitar Rp 21.000) sekali jalan, pengunjung bisa menikmati perjalanan selama enam menit menuju stasiun terdekat dengan jalur pendakian (hiking trail), Stasiun Zhaoping. Kereta berjalan lambat. Di dalam kereta masih tercium segar kayu pinus, sementara di kanan-kiri menjulang pohon cemara dan pinus setinggi puluhan meter.
Tersembunyi
Perjalanan singkat itu membawa gambaran masa lalu saat pohon-pohon cemara dan pinus tersebut ditebangi lalu diangkut ke kota Chiayi menggunakan kereta sebelum dikirimkan ke Jepang. ”Kami takjub karena Jepang bisa menemukan tempat ini, padahal selama itu tersembunyi. Mereka menyebut kayu-kayu ini hinoki dan membawanya ke Jepang. Penebangan di hutan ini sudah dihentikan sejak tahun 1970-an dan kawasan ini dilindungi pemerintah, dijadikan taman nasional,” tutur Wu Chia-hsin, petugas dari Alishan National Scenic Area Visitor Center.
Turun dari kereta kayu pinus, pengunjung bisa langsung menuju jalan setapak—yang sudah diperkeras dengan paving—dan berjalan masuk ke dalam hutan di kawasan Alishan Forest Recreation Area. Pohon-pohon pinus dan cemara terlihat rapat dan rapi berjajar dalam barisan-barisan. Wu mengatakan, pohon-pohon itu seolah-olah ditanam, padahal mereka tumbuh dengan sendirinya. Petugas hanya menyelimuti batang pohon yang tumbuh di dekat jalur yang dilalui pengunjung dengan semacam tikar bambu untuk mencegah tangan-tangan usil menyayat batangnya.
Menurut Wu, pepohonan di Alishan merupakan spesies endemis Taiwan. Beberapa di antaranya adalah Taiwania cryptomerioides, Chamaecyparis formosensis, Abies kawakamii, dan Ulmus uyematsui yang hanya ditemukan di kawasan Alishan.
Di kejauhan sesekali terdengar siulan burung bersahutan. Namun, tak satu pun di antaranya terlihat. Berdasarkan keterangan dari pusat pengunjung, ada sekitar 101 spesies burung yang tercatat di kawasan Alishan. Di antaranya ada 49 subspesies yang hanya ada di Taiwan, seperti burung mikado (Syrmaticus mikado), yuhina formosa (Yuhina brunneiceps), tit punggung hijau (Parus monticolus), dan robin semak berkerah (Tarsiger Johnstoneae). ”Alishan memang dikenal sebagai satu dari 10 tempat terbaik untuk mengamati burung di Taiwan,” ujar Wu.
Setelah beberapa saat, kami melihat kolam alami yang dinamakan Sister Pond. Konon, di kolam itu seorang gadis bunuh diri karena kakaknya jatuh cinta kepada pria yang dicintainya. Si kakak pun akhirnya bunuh diri di kolam yang lain. Cerita yang menyedihkan untuk kolam indah yang dikelilingi cemara dan pohon-pohon bunga. Kedua kolam tersebut, kata Wu, merupakan sumber air untuk pengairan daerah sekitarnya.
Tiga generasi
Pemandangan menakjubkan yang lain adalah banyaknya pohon baru yang tumbuh di atas batang pohon cemara tua yang sudah mati. Tiga batang pohon tumbuh di atas sebuah batang besar dinamakan Three Sisters, sementara empat batang pohon baru di atas sebuah batang pohon mati dinamakan Four Brothers.
Ada pula pohon yang disebut Pohon Tiga Generasi. Akar ketiga pohon bersumber dari satu pokok yang sama. Pohon generasi pertama sudah melintang di atas tanah, berusia 1.500 tahun. Di atasnya tumbuh pohon generasi kedua yang berusia 300 tahun dan kini hanya tersisa pokok pohonnya. Pohon generasi ketiga masih tumbuh menjulang di atasnya, menyesap sari kehidupan dari dua leluhurnya.
Sebagian besar pohon di Alishan National Forest Recreation Area memang sudah berusia ratusan, bahkan ribuan, tahun. Pohon tertua yang tercatat di tempat itu berusia 3.000 tahun, tetapi sudah tumbang.
Pohon tertua yang masih hidup berusia 2.300 tahun dan disebut sebagai pohon keramat atau Siangling Sacred Tree. Jenisnya adalah cemara merah dari spesies Chamaecyparis formosensis dengan ketinggian 45 meter dan diameter 12,3 meter.
Tak terasa, dua jam berlalu sejak kami menginjakkan kaki di tepi hutan cemara Alishan untuk pertama kali. Hari semakin sore dan dingin mulai menggigit. Kabut tipis mulai turun, memunculkan suasana mistis di tengah hutan.
Kami kembali ke Stasiun Forest Railway Alishan menggunakan mobil listrik yang disediakan untuk mengangkut penumpang ke beberapa titik pemberangkatan. Jika belum lelah, Anda bisa berjalan kaki di jalur pejalan kaki yang dibuat dari kayu sepanjang beberapa kilometer menuju stasiun atau lokasi parkir kendaraan.
Paru-paru sudah penuh udara segar dari gunung. Raga dan jiwa pun tak kalah sejuknya. Tembang lawas Katon kembali membahana di kepala.
”... Mentari kini ku perlu hangatmu, menyusup buluh nadi. Membuka hari yang baru untukku, songsong apa terjadi.
(FRANSISCA ROMANA NINIK)


 Alishan,cemara,meniti,hutan,area,chiayi,Taiwan,tersembunyi.
Hutan cemara Alishan,Alishan National Recreation Area,tiga generasi.

                                                                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar