Sabtu, 19 Maret 2011

Hotel Bisa Dikemas Mirip Istana

Hotel Bisa Dikemas Mirip Istana

By Abun Sanda Executive summary By kevin


Sejumlah hotel kelas dunia yang berdiri di lima benua, banyak bertebaran di kota-kota Amerika Serikat. Hotel-hotel ini, tidak sekadar menyandang nama besar, tetapi melakukan pelbagai hal yang membuatnya memukau pengunjungnya.

Segalanya diselenggarakan dengan prima, kamar tidur tamu dikemas bak kamar putrid istana, kamar mandinya mirip kamar mandi pangeran-pangeran Inggeris, serba rileks, dan menyenangkan. Ruang rapat tidak ubahnya kamar presiden. Ruang makannya, mirip ruang makan di istana, atau di lembaga-lembaga besar sebagaimana tampak di gedung IMF, Bank Dunia, dan PBB. Korido-koridornya mirip koridor di Gedung Putih atau Istana Presiden Perancis. Lihat, misalnya, jenis karpet, lampu, dan kursi yang digunakan, semua menyejukkan. Atau, tanaman-tanaman hias yang penuh war dina. Atau, patung-patung kecil yang digeletakkan di meja, atau dilekatkan ke dinding. Semuanya sangat mengesankan.

Tulisan ini tidak dimaksudkan memuja kemewahan, tetapi untuk memberi pemahaman bahwa hotel berkelas dunia tidak selalu berarti seluruh perangkatnya harus mewah. Keunggulan hotel-hotel premium itu diantaranya pada pemilihan marmer atau keramik, pilihan warna, dan jenis karpet. Pilihan cermin, lampu, dan kursi. Sebuah hotel sangat terkenal dikawasan Connecticut Avenue misalnya, tidak dibalut benda mahal. Kesannya saja sangat luks, padahal sebetulnya harganya menengah.


Masalahnya, benda-benda itu ditempatkan dan dipadukan oleh orang-orang cerdas, sehingga tercipta pemandangan mencengangkan.

Di sinilah letak menariknya peran penata interior, ia tahu benar dimana lampu hias harus dipasang, dimana aksesori harus diletakan. Ia tentu tidak setuju pada pendapat bahwa “barang bagus” harus mahal dan mewah. Barang bagus bisa terdiri dari benda yang tidak mahal, tetapi menjadi berkelas berkat penataan yang pas.


Kita kadang kala terjebak pada asumsi bahwa hotel bekelas, selalu menggunakan barang atau material mewah, kita mengabaikan unsur atau peran arsitek yang pandai merancang sebuah bangunan menjadi sangat elok. Kita abai pada peran ahli interior yang dapat membuat bekas kandang kuda menjadi kamar tidur yang sangat eksotis.


Tidak ada salahnya kita belajar pada hotel-hotel yang mampu menghadirkan suasana sangat menyenangkan, padahal ia hanyalah hotel yang tidak mewah. Ia beruntung disentuh oleh tangan-tangan terampil dan berpengalaman. Ia beruntung karena sentuhan arsitek berpengalaman sehingga system pencahayaan alam berperan efektif membangun suasana cemerlang.


Mestinya para ahli bangsa ini lebih kerap merancang bangunan yang menawan, bangunan yang cemerlang namun tidak perlu menggunakan anggaran besar. Warga yang uangnya pasa-pasan dapat belajar dari para ahli ini. [HDG]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar