Selasa, 14 Oktober 2014

LANGGAM |PROPERTI

Arsitektur Kertas, Kontribusi untuk Kemanusiaan
By Kevin
“Temporer atau pemanennya suatu bangunan bukan ditentukan materialnya, melainkan tergantung pada apakah bangunan tersebut dicintai.” Shigeru Ban, arsitektur yang memenangi penghargaan Pritzker Achitecture Pirze 2014 itu, hendak mengatakan bahwa jika suatu bangunan dicintai, bangunan itu tak akan tergerus waktu.
NAMA . Shigeru Ban muncul setelah proses pertimbangan yang panjang dari para juri Pritzker Architecture Prize 2014. Sejak didirikan 35 tahaun lalu, penghargaan ini memang bertujuan memberi paresiasi kepada para arsitek yang membuat karya signifikan dan konsisten memberikan kontribusi untuk kemanusiaan. Shigeru Ban adala horang yang kali ini dianggap paling memenuhi criteria-kriteria yang ditetapkan.
Selama 20 tahun, Ban berkutat dengan kreativitasnya dan menghasilkan desain berkualitas tinggi untuk menyikapi situasi ekstrem, misalnya untuk menanggulangi bencana alam. Ia membangun tempat penampungan para pengungsi, pusat berkumpul komunitas, dan ruma hibadah untuk mereka yang terkena dampak bencana alam. Ketika bencana terjadi, Ban kerap berada di wilayah tersebut untuk mengobservasi dan berkarya, seperti yang dilakukannya di Rwanda, Turki, India, China, Italia, Haiti, dan tentu saja kampung halamannya, Jepang.
Bagi Ban, arsitektur yang berkelanjutan (Sustainable Architecture) bukanlah konsep tempelan. Alih-alih, itu merupakan unsur intrinsic arsitektur. Ia bergulat dalam menciptakan karya yang selaras dengan lingkungan dan sebisa mungkin menggunakan material yang dapat diperbaharui atau dihasilkan secara lokal. Tak seperti material utama yang kita temukan pada sebagian besar konstruksi bangunan. Ban berkereasi menggunakan barang-barang sekitar yang kadang sudah tidak lagi terpakai, antara lain selongsong kertas (paper tube), bambu, kain, atau plastic.
Arsitektur Kertas
Dari berbagai karyanya, yang paling fenomenal dari Shigeru Ban adalah konstruksi dari selongsong kertas (paper tube). Barangkali tak pernah terbayang di benak kita untuk membangun gedung yang rangkanya terbuat dari kertas. Cara berpikir Shigeru Ban membuatnya mungkin. Paper tube yang pada t dan panjang adalah potensi mendirikan bangunan dengan material yang murah , kuat, sekaligus mudah didapatkan dimana saja. Karya arsitektur kertas pertamanya, struktur paper tube yang dipamerkan di Aalto Exhibition, Tokyo, pada 1985.
Setelah pameran tersebut, karya “serius” pertama Ban yang dibuat dari paper tube adalah penampungan pengungsi yang didirikan di Rwanda pada 1994. Ban menemukan lebih dari dua juta orang pengungsi korban perang saudara di Rwanda hidup dalam kondisi yang begitu meprihatinkan. Ia lantas mengajukan ide untuk membuat penampungan berbahan paper tube pada United Nations High Commissioner for Refugees dan mereka mempekerjakan Ban sebagai konsultan.
Pada tahun-tahun berikutnya, Ban terus menciptakan karya arsitektur berbahan selongsong kertas untuk kepentingan soisal. Pada 1995 setelah gempa bumi di Kobe, ia membangun Paper Log House untuk para pengungsi Vietnam. Ia juga membangun Takatori Paper Church bersama para siswa relawan. Karya ini juga menjadi titik awal untuk mendirikan LSM Voluntary Architects Netwwork (VAN).
Dengan VAN epran penting arsitektur untuk kemanusiaan terus disebarluaskan. Organisasi ini membangun hunian termporer di Turki, India, dan Sri Lanka. Ada pula Aula Konser L’Aquila di Italia dan penampungan pengungsi untuk para korban gempa bumi di Haiti. Setelah gemap bum ibesar di Jepang pada 2011, VAN menyediakan 1.800 prtisi kertas untuk mendirikan 50 rumah penampungan.
Tak hanya kuat, ramah lingkungan karena bisa didaur ulang, dan mudah didapatkan, konstruksi dari selongsong kertas juga bisa menjadi sangat indah. Pada 2000, Ban mendesain bangunan dengan struktur serupa cangkang untuk Paviliun Jepang di Hanover, Jerman. Paper Tube ini berukuran besar dengan panjang 20 meter dan diameter 12,1 sentimeter. Material ini juga tahan air karena dilapisi poliuretan. Bahkan, selongsong kertas ini amat sulit dibakar karena kepadatan materialnya.
Yang disebut diatas hanyalah segelintir karya Shigeru Ban. Ia senantiasa optimistis dan melahirkan karya-karya baru. Ketika yang lain melihat tantangan yang begitu besar di masyarakat, ia melihat panggilan untuk bergerak. Ketika yang lain merasa jalan hampir buntu, ia melihat kesempatan untuk berinovasi. Ban bukan sekadar seorang guru, melainkan juga inspirator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar