Selasa, 05 April 2011

Inspirasi | Abunsanda

Rileks di Tepi Jalan Raya

Di sadur ulang Oleh Kevin


Dapatkah anda bayangkan, rileks di tepi jalan raya yang amat gaduh? Dapatkah pula engkau rasakan pikiran yang santai ketika berada di tengah kepikukan lalu lintas? Pertanyaan ini suka mengemuka kalau saya berada di kota-kota dunia, sebutlah misalnya, di Paris, New York, Berlin, London, Tokyo, atau Sao Paulo. Di kota-kota amat sibuk ini, dapatkah suasana rileks itu teraih?


Jawabannya saya dapatkan ketika berjalan kaki di kawasan sekitar Arch de Triomphe dan Champs Elysees, Paris. Lalu lintas tentu sangat pikuk karena maklumlah kedua lokasi itu merupakan bagian dari jantung kota Paris. Atau, tatkala berjalan di kawasan Ginza dan sekitarnya di Tokyo yang sangat riuh, rasa rileks tetap dapat direngkuh.
Mengapa? Tentu Karena hati tidak grusah-grusuh pikiran sangat tenang, toh tidak ada sesuatu yang dikejar-kejar. Tidak ada yang mengusik kita. Tetapi, ada fakto lain, yakni kita merasa nyaman dan damai. Di Champs Elysees. Kita bisa ngopi berjam-jam sambil memandang keelokan kota dan arus manusia yang hilir mudik

Di New York, kita bisa ngeteh di jantung Times Square. Suasana di sana sangat bising. Suara apa saja bisa menyusup jauh ke rongga telinga kita. Ada warga yang main drum band, memetik gitar, dan menggesek biola di sana. Ada pula anak-anak muda yang berteriak riang sambil bersalto tujuh kali. Ada belasan anak muda yang bernyanyi keras-keras. Tetapi, kita toh bisa dengan tenang menikmati teh panas earl grey di sana. Kita tidak merasa terganggu oleh kegaduhan yang luar biasa itu. Kita duduk tenang di Times Square dan larut dalam suasana rileks yang gaduh.


Di kota-kota lebih kecil, misalnya Strasborough di Perancis, Boston di AS, atau Munchen di Bavaria, Jerman, suasana nikmat dan rileks di tepi jalan itu terasa lebih pekat. Di mana-man terdapat taman elok, lengkap dengan tempat-tempat duduknya. Meminjam kalimat superlative seorang kawan, jumlah tempat duduk untuk warga di kota-kota tersebut bak bintang di langit.


Kita misalnya duduk-duduk di kawasan Marien Platz, Muenchen. Waduh suasana rileks sangat terasa. Sejumlah pengamen yang professional di sana, suka memainkan pelbaga alat music. Suaranya jangan taya, luar biasa merdunya. Menariknya, ditengah suasana penuh suara tersebut, banyak warga bisa rileks sambil bekerja. Mereka mengerjakan tuga kantornya di sana, menelepon, menulis, mengetik di iPad, atau mengubah lagu. Amat beragam aktivitas disana, tetapi menyenangkan dan rileks.


Di DKI Jakarta juga terdapat banyak tempat rieks, tetapi umumnya masih terbatas di mal dan sekitanya. Untu ibu kota suasana yang benar-benar rileks hanya terjadi ketika berlaku car free day. Warga menjadi raja kota. Warga bersepeda, berlari, berjalan, duduk-duduk di tepi jalan, tiduran di air mancur bundaran HI, bahkan berteriak-teriak, dan menyanyi-nyanyi, tidak ada yang menggubris. Sebagian warga dalam kesantaian itu, duduk-duduk di seputar bundaran HI, minum the botol, mengunyah gorengan, menikmati kue, dan sebagainya.


Betapa ingin kita merasakan suasana damai seperti itu, bukan hanya pada saat car free day, tetapi sepanjang hari. Kita tetap bekerja sangat optimal, tetap amat produktif, dan kreati, tetapi fisik dan bati kita bugar dan sehat. Kita tidak mudah geram, tidak gampang terpancing emosi, kita bisa tersenyum lebar, bahkan kepada orang yang tidak menyukai tabiat kita.


Pada ujungnya, DKI Jakarta akan menjadi salah satu kota paling menyenangkan di dunia. Foke bisa dengan tenang berkata, ingin produktif tetapi rileks? Jakarta tempatnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar