Sabtu, 02 April 2011

Membidik Potensi di Selatan Jakarta


Membidik Potensi di Selatan Jakarta

Meski jauh, tetap mudah direngkuh. Alas ini kerap terdengar di antara para komuter yang rela menempuh jarak jauh dari kota-kota stelit menuju Jakarta . yang dicari tentu bukan sembarang kota satelit, tetapi yang tetap mampu memberikan kenyamanan berhuni.

Oleh Kevin

Hal itu antara lain berkat dukungan infrastruktur yang memadai demi meningkatkan aksesiblitas menuju ibu kota, yang menjadi pusat aktivitas. Di antaranya adalah berkat tersedianya akses jalan tol, jalur penghubung yang mudah dilalui, banyaknya jalur angkutan umu yang menghubungkan ke berbagai daerah, hingga tersedianya transportasi kereta api.

Yang terakhir ini menjadi pilihan banyak orang demi kepraktisan dan efekftivitas waktu. Tengok misalnya jalur Depok-Kota yang tak pernah sepi penumpang, hanya butuh waktu sekitar satu jam dari stasiun Depok Baru hingga Stasiun Kota.

Dengan ketersediaan sarana transportasi dan infrastruktur ii, tak heran jika Depok juga masih selalu diliri dan menjadi salah satu area potensial untuk perkembangan property.

Pertambahan penduduk kota Depok, Jawa Barat, sendiri mencapai 3,6% per tahun. Hal ini diikuti dengan perkembangan bisnis perumahan yang terus meningkat selama lima tahun terakhir.

Potensial

Daerah yang dirambah merupakan pengembangan dari wilayah Margonda. Sebagai jalur utama, Margonda memang menjadi magnet dari setiap perkembangan di Depok. Ditambah dengan adanya beberapa universitas ternama, memubat dunia bisnis di wilayah ini terus bergairah.

Jangan ditanya jumlah tempat makan yang bisa ditemui, berkat beragamnya tempat makan yang berjejalan di sisi kanan dan kiri ruas jalannya, margonda pun disebut-sebut sebagai tempat untuk berwisata kuliner. Bahkan, kini setidaknya ada 4 mal besar yang menjejali. Meski pusat perbelanjaan semakin banyak, setiap tempat seakan tidak pernah kehilangan pengunjung.

Bahkan pada perkembangannya, hunian vertical alias apartemen juga bisa ditemui. Dulu, membeli apartemen di Depok boleh jadi akan segera mengernyitkan kening. Namun sekarang, hunian ini justru selalu lari manis. Bukitnya, unit-unit apartemen di Margonda tak pernah sepi. Kalaupun disewakan kembali oleh pemiliknya, tak pernah putus peminatnya.

Kenyataan ini agaknya menarik pengembang lain untuk juga mengambil ceruk pasar serupa hingga dalam waktu dekat akan segera hadir kompleks apartemen dan perkantoran di wilayah Margonda. Berjarak sekitar 2 km dari Margonda, juga bisa ditemui hunian vertical yang dperuntukkan mereka yang menyukai hidup praktis dengan biaya bersahabat di kantong.

Tepatnya di Grand Depok City, dengan Lotus Residence. Bangunan low rise apartement ini hanya terdiri dri 4 lantai dengan 2 unit per lantai, sehingga cocok bagi yang mengininkan ketenangan dan kenyamanan.

Konsep semi apartemen pertama di Depok ini pun diluncurkan dengan luas 32,4 meter persegi dan dua kamar tidur. Sejak dipasarkan pada pertengahan tahun lalu, telah terjual kurang lebih 100 unit dari total 11 unit yang akan dihadirkan. Menurut rencana pembangungan selesai akhir tahun.

Pembangunan hunian vertical ini, akibat adanya kebutuhan yang berubah di Depok. Hunian vertical seperti Lotus Residence pun menjadi jawaban untuk memiliki rumah dengan lokasi strateis di Depok tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Mengingat per unitnya dibanderol dengan harga !p 120 hingga 140 juta.

Lokasi Grand Depok City memang cuku mudah diraih, karean dekat dengan stasiun kereta api, dekat dengan sentra bisnis, dan pusat pemerintahan daerah.

Kota Mandiri.

Tentu saja, pengembangan lander house tetap menajdi primadona, mengingat kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih nyaman jika mmpu menginjak tanah. Dengan luas total 300 ha, Grand Depok City kini telah mengembangkan 11 cluster dan sedang mengembangkan cluster terbaru, yaitu Anggrek II.

Selama masa promo, pembeli bisa memilih hadiah yang ingin diperoleh untuk tiap pembeian per unit, yaitu cashback Rp 5 juta atau mendapatkan AC dua unit. Mengingat pembeli ingin cepat huni, khusus untuk Anggrek II serah terima dilakukan dalam waktu 9 bulan.

Perjalanan Grand Depok City menjadi kawasan mandiri pun terus direalisasikan. Sebelumnya ia lebih dikenal dengan kehadiran Depok Fantasi Water Park yang menjadi taman air terbesar di Depok. Kini, akan segera beroperasi pasar modern The Market, per tanggal 15 Arpil 2011. telah ada sekitar 160 pedangang yang bergabung dan kios-kios The market masih terus dipasarkan dengan memberi program cash back untuk pembelian kos dan took hingga Rp 25 juta, sementara untuk pembelian ruko cashback hingga Rp 75 juta.

Kehadiran pasar modern ini pun menjadi penting dalam perkembangan ke depannya karena dapat menghidupkan lingkungan dan meningkatkan nilai jual kawasan.

Begitu areal komersial hidup, harga di Depok dipastikan akan melambung. Saat ini kan harganya masih ada yang di bawah Rp 2 juta per meter dan paling tinggi Rp 2,3 juta.

Di Grand Depok City sendiri, dari tahun 2008 hingga 2011, telah mengalamai kenaikan harga tanah sebesar 60% atau rata-rata 20% per tahun. Terlebih area ini juga menjadi lokasi pusat pemerinatahan daerah Depok, sperti kantor DPRD, Badan Pertanahan, Kementerian Agama, dan Kantor Imigrasi ada di dalam area GDC.

Ragam fasilitas di Kota Depok pun terus meningkat, baik untuk sekotr pendidikan, hunian, terlebih di sector komersial. Dengan perkembangan yang terus berlangsung, harga tanah di Depok masih potensial untuk terus meningkatr. Wilayah Margonda, sebagai tulang punggung pertumbuhan Depok, pun tetap menjadi benang merah pertumbuhan kota untuk merambah wilayah sekitarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar